Kamis, 02 Juli 2009

Aku Yang Dulu dan Sekarang

Membaca pesan di Facebook dari teman-teman SMA membuat saya bisa membandingkan saya yang dulu dengan saya yang sekarang. Rata-rata teman-teman mengingat saya sebagai sosok yang pendiam, menyukai sastra, pintar, tapi jarang mau kumpul-kumpul (apalagi kalau acara itu dilangsungkan malam hari)

Saya yang sekarang memang masih sedikit pendiam, menyukai sastra, pintar (hehehe) tapi sudah tidak seperti kura-kura lagi. Dulu saya pendiam karena sangat pemalu dan tidak menyadari potensi diri. Di dukung peraturan keluarga yang membuat saya tidak leluasa bergerak untuk 'keluyuran ke sana kemari'. Lebih mendukung ketidaksukaan saya berteman dan bergaul. Bagi saya sendiri itu asyik..

Anda tahu apa yang membuat saya berubah? PERNIKAHAN. Ya, pernikahan membuat saya berubah lebih berani berkumpul dengan orang-orang.

Awal-awal pernikahan rasanya seperti kura-kura yang dipaksa keluar dari cangkangnya. Mengapa? Berbeda dengan saya yang pendiam, pemalu dan tidak terlalu suka berteman, suami saya memiliki banyak teman, ini berarti banyak acara yang harus dihadiri. Banyak teman atau saudara yang harus disapa dengan tulus. Ketidaknyamanan ini sempat menimbulkan konflik kecil.

Entah bagaimana awalnya, yang jelas saya bertekat untuk berubah. Pendiam boleh lah (karena dalam banyak bicara pasti akan dijumpai pelanggaran bukan?) tapi saya harus belajar untuk enjoy di tengah keramaian, harus belajar menikmati pertemanan dengan segala acaranya (yang dulunya saya nilai sebagai pemborosan waktu dan energi).

Sekian tahun berjalan, perubahan itu terasa sekali. Kalau dulu seringkali saya malu untuk menyapa tetangga, sekarang tidak lagi. SEhingga hubungan pertetanggaan kami pun terasa hangat. Kakak saya pun sempat terheran-heran ketika menjumpai saya asyik nongkrong di depan rumah bersama ibu-ibu yang menyuapi anak-anaknya.

Well, pernikahan memberikan jalan bagi saya untuk berubah. Tidak total, karena saya adalah saya. Tapi dari satu sisi yang berubah ini saya belajar menikmati bahwa pertemanan membuat hidup seseorang lebih berwarna. Tak selamanya keramaian itu membuat saya bising dan tak enak untuk berpikir. Pertemanan ternyata juga menyuguhkan harmoni yang indah di telinga batin saya. Membuat saya bisa memahami keanekaragaman dan memaklumi segala kekurangan.

benarlah apa yg tertulis di kitab nabi Salomo :
Pro 27:17 Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya.
 

Gado-Gado Jawa Manado © 2008. Template Design By: SkinCorner